Deflasi ekonomi adalah fenomena di mana harga barang dan jasa secara umum mengalami penurunan dalam jangka waktu tertentu. Walaupun sekilas terdengar positif karena harga barang menjadi lebih murah, deflasi justru dapat membawa dampak serius.
Apa saja yang terjadi jika deflasi melanda? Mari kita bahas lebih dalam melalui artikel berikut ini!
Ini yang Terjadi Jika Ada Deflasi Ekonomi
Deflasi adalah kondisi yang sekilas terdengar menyenangkan di mata orang awam. Padahal situasi ini tidak baik jika terjadi. Berikut ini alasannya:
1. Penurunan Permintaan Konsumen
Saat deflasi terjadi, konsumen cenderung menunda pembelian barang dan jasa. Mereka berharap harga akan semakin turun di masa depan, sehingga memilih untuk menahan pengeluaran. Akibatnya, permintaan pasar menurun drastis, dan roda perekonomian melambat.
Sebagai contoh, jika seseorang ingin membeli rumah, mereka mungkin akan menunggu hingga harga properti turun lebih jauh. Penundaan semacam ini mengurangi perputaran uang di sektor properti dan berdampak pada industri terkait, seperti konstruksi dan perbankan.
2. Tekanan pada Perusahaan
Deflasi memberikan tekanan besar pada perusahaan, terutama yang memiliki margin keuntungan kecil. Penurunan harga barang membuat pendapatan perusahaan berkurang, sementara biaya tetap, seperti gaji karyawan dan sewa, tetap tinggi.
Akibatnya, perusahaan mungkin harus mengurangi biaya operasional dengan memotong gaji atau bahkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Jika tren ini meluas, tingkat pengangguran akan meningkat, yang pada akhirnya memperburuk krisis moneter.
3. Beban Utang Semakin Berat
Deflasi juga berdampak negatif pada individu dan perusahaan yang memiliki utang. Ketika harga-harga turun, nilai uang yang harus dibayar untuk melunasi utang menjadi relatif lebih tinggi dibandingkan pendapatan yang diterima. Hal ini disebut sebagai debt deflation.
Misalnya, jika seseorang memiliki cicilan bulanan Rp10 juta, tetapi penghasilannya menurun karena tekanan krisis. Maka, pembayaran cicilan akan terasa semakin berat. Hal serupa terjadi pada perusahaan yang harus membayar utang dalam jumlah besar.
4. Penurunan Investasi
Prospek investasi juga terlihat kurang menarik apabila deflasi terjadi. Investor cenderung menahan diri karena menilai bahwa keuntungan yang akan diperoleh tidak cukup besar dibandingkan risiko yang dihadapi.
Hal ini menyebabkan stagnasi dalam pengembangan usaha baru dan menghambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
5. Risiko Spiral Deflasi
Salah satu ancaman terbesar dari deflasi adalah potensi terjadinya spiral deflasi, yaitu situasi di mana penurunan harga terus berlanjut tanpa akhir. Ketika harga turun, konsumen menunda belanja, perusahaan merugi, pengangguran meningkat, dan daya beli masyarakat semakin lemah.
Semua ini menciptakan siklus yang sulit dipatahkan dan dapat menyebabkan resesi berkepanjangan.
Untuk mencegah atau mengatasi deflasi, pemerintah dan bank sentral biasanya mengambil langkah-langkah seperti menurunkan suku bunga agar pinjaman lebih terjangkau. Konsumsi hingga investasi juga terus didorong.
Sementara dari pemerintah, biasanya dengan meningkatkan pengeluaran untuk proyek infrastruktur. Selain itu, bisa juga dengan memberikan insentif kepada masyarakat agar mereka lebih banyak berbelanja. Program subsidi atau pengurangan pajak juga biasanya menjadi solusi. Tujuannya untuk mendorong konsumsi masyarakat.
Secara keseluruhan, deflasi memang tampak bisa memberikan keuntungan jangka pendek berupa harga barang yang lebih murah bagi konsumen. Namun, dampak jangka panjangnya terhadap keuangan negara sangat merugikan.
Seperti penurunan pendapatan perusahaan, peningkatan pengangguran, penundaan konsumsi, serta meningkatnya beban utang. Risiko ini sangat serius dan bisa berkepanjangan.
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan lembaga keuangan untuk mengambil langkah-langkah proaktif dalam mencegah dan mengatasi fenomena ini, supaya stabilitas ekonomi tetap terjaga.