Daya tarik Malioboro tidak boleh Anda lewatkan saat mengunjungi Jogja. Jalan ini legendaris dan selalu jadi tujuan wisata baik turis asing maupun domestik. Semakin sore menjelang malam, jalanan semakin ramai pengunjung yang ingin mengabadikan moment.
Kondisinya sekarang sudah lebih rapi dengan penertiban para pedagang kaki lima. Sebelumnya pedagang kaki lima dan pertokoan di sepanjang jalan ini justru jadi daya tarik. Namun Anda tidak perlu khawatir sebab tetap bisa berbelanja di lokasi yang ditentukan pengelola.
Berbelanja, menikmati santapan khas, atau sekedar berfoto, nuansanya akan sangat berbeda jika dilakukan di Jalan Malioboro. Berikut 3 poin penting yang jadi daya tarik Malioboro.
Sejarah Jalan Malioboro

Mengapa dinamakan jalan Malioboro? Lokasinya saja dekat keraton Jogja namun namanya tidak seperti istilah khas Jawa. Setidaknya ada 4 pendapat mengenai asal usul penamaannya yang kemudian dikenal hingga kini.
Pendapat pertama, Malioboro berasal dari gelar John Churchill yaitu Adipati Marlborough Pertama. Beliau adalah seorang jenderal Inggris yang populer pada masa pendudukan colonial. Namun pendapat ini dibantah oleh sejarawan Peter Carey.
Peter Carey mengatakan bahwa jalan utama Kesultanan Jogja tidak mungkin berasal dari bahasa atau nama Inggris. Kemudian, ada juga yang menghubungkan nama Malioboro dengan penginapan.
Ini merupakan pendapat kedua, bahwa zaman dahulu ada penginapan atau pesanggrahan dengan nama Malioboro. Penginapan tersebut kemudian diabadikan karena digunakan oleh Jayengrana (Amir Hamzah) tokoh utama cerita Menak (Hikayat Amir Hamzah).
Pendapat ketiga menyebutkan bahwa asal usul penamaan berasal dari bahasa Sanskerta “Malyabhara”. Bahasa ini kemudian diserap ke dalam bahasa Jawa “maliabara” yang artinya dihiasi karangan bunga.
Pendapat ini dihubungkan dengan penggunaan bahasa Sanskerta untuk nama wilayah “Ngayogyakarta”. Dimana nama ini dulunya berasal dari bahasa Sanskerta “Ayodhya” yaitu ibu kota kerajaan Rama (dalam epos Ramayana).
Pendapat keempat menyebutkan adanya hubungan sumbu filosofi Yogyakarta yang melambangkan perjalanan hidup manusia menuju Sang Pencipta disebut Paraning Dumadi. Berasal dari “malio” artinya “jadilah wali” dan “boro” artinya “mengembara”.
Tempat Belanja Sekaligus Daya Tarik Malioboro

Pengunjung yang ingin menikmati suasana khas Jogja di jalan Malioboro bisa datang mulai dari jam 09.00 pagi. Selain menikmati suasana, Anda bisa sekaligus belanja di dua tempat khas berikut ini.
-
Teras Malioboro
Lokalisasi ini mulai dibuka pada tahun 2022 lalu sebagai kompensasi dari penertiban pedagang kaki lima. Berupa bangunan gedung ikonik bertema modern industrial yang didalamnya lengkap pedagang berbagai macam barang.
Pengunjung bisa menikmati sajian kuliner khas di lokasi ini dengan nyaman. Anda yang lelah setelah mengeksplor Jogja bisa mampir ke sini untuk menikmati aneka menu kuliner. Tempatnya lebih nyaman dan memadai untuk pengunjung.
Ada juga penjual cinderamata seperti yang biasa dijajakan para pedagang kaki lima. Diantaranya pakaian batik, sorjan, blangkon dan semua hal berbau batik bisa Anda temukan di sini.
Teras ini sekaligus jadi daya tarik Malioboro karena merupakan tempat berburu oleh-oleh khas. Seperti bakpia, mocha, yangko, geplak, gethuk dan aneka jajanan khas lainnya. Pedagang oleh-oleh bisa Anda jumpai di lantai dua bangunan ini.
Belanja aksesoris unik juga bisa dilakukan di Teras ini. Seperti barang-barang antik berbahan kayu serta logam, barang langka tempo dulu dan berbagai kerajinan tangan lainnya. Anda juga bisa menikmati festival dan pertunjukan di area ini.
-
Pasar Beringharjo
Pasar Beringharjo sudah jadi daya tarik Malioboro sejak dulu. Merupakan tujuan wisatawan membeli baju batik baik untuk dipakai sendiri atau dijual kembali. Selain sebagai pasar yang menjual aneka barang fashion, dulunya juga terkenal dengan pecel senggol.
Pecel senggol adalah area penjaja makanan berupa pecel, gudeg dan lainnya di depan pasar. Dinamakan pecel senggol sebab areanya sempit sehingga pembeli harus saling bersenggolan.
Titik Nol sebagai Daya Tarik Malioboro bagi Pemburu Spot Foto

Pemburu spot foto akan berkumpul di titik nol karena ini merupakan lokasi legendaris. Sebetulnya titik ini hanya sebuah persimpangan tapi karena lokasinya di depan jalan menuju keraton dan sebelah utaranya adalah pusat keramaian, titik ini jadi ikonik.
Banyak wisatawan mengabadikan moment dengan berfoto dengan latar belakang palang penunjuk arah, atau di bawah penunjuk lokasi yaitu nol kilometer. Ada juga yang mengabadikan moment saat duduk di atas batu bulat di sepanjang lokasi.
Satu lagi daya tarik Malioboro adalah monument dan beteng Vredeburg tepat di sebelah persimpangan ini. Pengunjung diperbolehkan masuk sampai area beteng maupun monument dengan membayar tiket masuk yang terjangkau.
Selain berfoto dengan latar belakang beteng atau monument berisi patung-patung pahlawan, area taman bisa jadi arena bermain anak-anak. Lingkungan sekitarnya sangat ramah anak, tidak panas dan tersedia berbagai macam mainan.
Mengunjungi jalan legendaris ini tidak akan ada bosannya. Anda yang dari luar kota bisa langsung menuju lokasi hanya dengan jalan kaki sejauh 200 meter dari stasiun Tugu. Ini juga merupakan daya tarik Malioboro yaitu dekat stasiun utama.