Negara Indonesia memiliki banyak sekali jenis tradisi yang menjadi bagian dari budaya dan sejarah Indonesia. Hampir di setiap aktivitas masyarakat dapat menjadi tradisi yang terus menerus dilestarikan hingga saat ini, tak terkecuali ketika akan menyambut kehadiran bayi.
Salah satu tradisi tersebut adalah tradisi Brokohan, yang menjadi salah satu tradisi suku Jawa khususnya dari daerah Mojokerto. Lalu, apa saja fakta menarik dan perlu Anda ketahui tentang tradisi satu ini? Simak pembahasannya di bawah ini!
Fakta Tradisi Brokohan Sebagai Sejarah Indonesia
Brokohan menjadi tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat suku Jawa, khususnya masyarakat di Mojokerto. Brokohan menjadi salah satu momen penting dan ditunggu-tunggu oleh orang tua yang menginginkan kehadiran bayi di sekitarnya. Maka dari itu, simak fakta tentang tradisi Brokohan di bawah ini, yaitu:
Sejarah Tradisi Brokohan
Memahami sejarah tradisi Brokohan artinya Anda wajib memahami apa itu Brokohan? Tradisi Brokohan merupakan salah satu upacara adat yang dilakukan beberapa saat setelah bayi lahir. Biasanya, istilah lain dari Brokohan adalah selamatan atau bancaan.
Sejarah munculnya tradisi ini berawal dari jaman masyarakat Jawa yang masih menganut kepercayaan Kejawen. Awalnya tradisi ini menjadi sarana untuk memohon keberkahan dengan berdoa kepada Sang Pencipta. Selain itu, tradisi Brokohan juga melibatkan proses meditasi yang berfokus pada permohonan akan keberkahan.
Saat ini, tradisi Brokohan memiliki arti sebagai bentuk rasa syukur atas kelahiran bayi dengan selamat. Banyak wilayah di Indonesia, khususnya Jawa Barat dan Jawa Tengah yang masih menyelenggarakan tradisi ini. Namun beberapa wilayah di kota-kota besar juga masih melangsungkan tradisi yang sudah berlangsung secara turun temurun ini.
Makna Tradisi Brokohan
Sebagai salah satu bagian dari sejarah Indonesia, tradisi Brokohan memiliki makna tersendiri. Istilah Brokohan memiliki arti sebagai harapan akan keberkahan dari Tuhan Yang Maha Esa. Arti dari kata “brokohan” berasal dari Bahasa Arab yaitu “barokah” yang memiliki arti berkah atau mengharapkan berkah.
Makna lain dari Brokohan yaitu dalam bahasa Jawa “brokoh” atau nampan bambu bulat yang digunakan untuk meletakkan sesaji saat selametan. Munculnya tradisi ini memiliki banyak makna berupa nilai-nilai suku Jawa.
Tradisi Brokohan memiliki makna yang kuat dalam kehidupan masyarakat Jawa yang erat dengan nilai kehormatan terhadap keluarga, makna gotong-royong, dan kehidupan beragama. Perayaan tradisi Brokohan juga bermakna sebagai konsep kesucian dan keberkahan bayi yang baru lahir.
Prosesi Tradisi Brokohan
Memahami tradisi Brokohan tentu tidak terkecuali memahami tentang prosesi penyelenggaraan tradisi ini. Di desa Tunggalpager, Mojokerto yang menjadi wilayah awal mula munculnya tradisi Brokohan ini, prosesi Brokohan dilakukan satu kali saat bayi sudah lahir.
Biasanya masyarakat memilih penyelenggaraan Brokohan, yaitu 1 hari (saat penguburan ari-ari yang dikenal sebagai mendhem ari-ari) atau 7 hari (saat tali pusar bayi terlepas atau coplok pusar). Proses tradisi Brokohan juga tidak terlepas dari berbagai sajian makanan untuk keluarga dan sanak saudara. Pertama, penyajian bubur merah yang memiliki arti bibit dari ibu dan bubur putih sebagai simbol bibit ayah.
Kedua adalah penyajian makanan urap yang berasal dari kata “urip” yang artinya hidup. Ketiga adalah sajian tahu atau tempe yang dimasak seperti tempe atau tahu bacem. Keempat, sajian telur rebus yang memiliki makna kelahiran baru.
Kelima, sajian ayam yang memiliki arti agar bayi memiliki sifat tidak tamak. Sajian terakhir adalah jajanan pasar yang memiliki arti kekayaan, yang diharapkan kepada bayi. Selain prosesi dan beberapa sajian yang memiliki makna baik tersebut, tentu tidak terlepas doa untuk kehidupan bayi yang lebih baik.
Kesimpulannya adalah tradisi Brokohan menjadi salah satu bentuk nyata bahwa budaya dan sejarah Indonesia sangat kaya. Hampir setiap aspek kehidupan masyarakat memiliki tradisi yang bertujuan ke arah kebaikan dan bermakna untuk berbagi terhadap sesama.